Edukasi Tentang Diare


02 Januari 2023
Kesehatan

Sejarah Penamaan Penyakit

Diare berasal dari Bahasa Inggris diarrhea yang berarti sebuah penyakit yang membuat penderitanya BAB lebih dari 3x dalam sehari dengan kondisi tinja encer atau berair akibat mengonsumsi makanan/minuman yang terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit. Dalam Bahasa medis diare disebut juga Gastroenteritis. “Gastro” berarti lambung, “entero” berarti usus halus, dan “itis” berarti peradangan. Yang berarti peradangan yang meliputi lambung dan usus halus. Gastroenteritis juga biasa disebut flu lambung.

Penyebab

Infeksi virus merupakan penyebab diare yang paling sering terjadi. Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan kondisi ini adalah norovirus, rotavirus, dan hepatitis A. Diare akibat infeksi virus biasanya dapat membaik dengan sendirinya dalam waktu 2–3 hari.
Selain virus, infeksi bakteri dan parasit juga bisa menjadi penyebab diare. Jenis kuman yang sering menyebabkan diare adalah E. coli, Salmonella, dan Shigella. Sementara itu, parasit yang dapat menyebabkan diare meliputi parasit jenis Giardia lamblia dan Cryptosporidium.
Diare karena infeksi bakteri dan parasit biasanya berlangsung selama 3 hari atau lebih dan membutuhkan pengobatan dengan antibiotik. Konsumsi air atau makanan yang kurang higienis serta tidak menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar merupakan penyebab utama terjadinya diare akibat infeksi.

  • Intoleransi Laktosa
  • Laktosa merupakan jenis gula yang terdapat pada susu dan produk olahannya. Untuk mencernanya, tubuh memerlukan enzim laktase. Namun, ada kalanya tubuh tidak mampu memproduksi enzim laktase sehingga tidak mampu mencerna laktosa di usus halus. Kondisi ini disebut juga intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa ditandai dengan gejala berupa perut kembung, sering buang angin, dan diare. Gejala ini biasanya muncul 30–60 menit setelah mengonsumsi susu atau produk olahannya.
  • Penyakit radang usus
  • Diare yang berlangsung lama bisa menjadi gejala dari penyakit radang usus. Penyakit ini dapat menyebabkan luka di dinding usus, sehingga fungsi pencernaan terganggu. Selain memicu diare, kondisi ini juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis.
  • Gangguan hormone
  • Peningkatan kadar hormon tiroid dalam tubuh atau disebut juga hipertiroidisme, bisa membuat pergerakan usus menjadi lebih aktif. Hal ini berdampak pada meningkatnya frekuensi buang air besar.
  • Alergi makanan
  • Alergi makanan merupakan reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap makanan tertentu. Salah satu gejala dari alergi makanan adalah diare, sedangkan gejala lainnya dapat berupa gatal-gatal, kulit kemerahan, dan sesak napas.
  • Irritable Bowl Sindrome
  • Irittable bowel syndrome ditandai dengan gejala berupa diare atau sembelit, kram perut, dan perut kembung. Kondisi ini terjadi dalam jangka panjang dan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.
    Penyebab IBS belum diketahui secara pasti, tetapi terdapat faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalaminya, seperti riwayat keluarga, kondisi usus yang terlalu sensitif, dan stres.
  • Efek samping obat
  • Penggunaan obat antibiotik bertujuan untuk membunuh bakteri jahat maupun bakteri baik di usus. Akibatnya, keseimbangan bakteri alami di usus pun menjadi terganggu. Namun, hal ini lebih sering terjadi pada pemakaian antibiotik jangka panjang.
    Selain antibiotik, beberapa jenis obat yang juga dapat menyebabkan diare adalah obat penurun tekanan darah, obat antiaritmia, obat kemoterapi, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan antasida.
  • Efek Pasca operasi
  • Orang yang baru menjalani operasi pada saluran cerna, seperti operasi pada kantung empedu, pankreas, atau usus juga berisiko mengalami diare. Hal ini karena saluran cerna belum pulih sempurna sehingga fungsi pencernaannya belum dapat berjalan dengan normal.
  • Makanan
  1. Makanan dengan pemanis buatan
  2. Pemanis buatan, seperti sorbitol dan manitol, kerap digunakan pada camilan atau produk bebas gula. Kedua jenis pemanis buatan tersebut umumnya memiliki efek pencahar sehingga dapat memicu diare bila dikonsumsi dalam jumlah banyak.\
  3. Makanan mengandung fruktosa
  4. Fruktosa secara alami terdapat pada madu dan buah-buahan. Namun, jenis pemanis ini juga sering ditambahkan sebagai pemanis soda, jus buah kemasan, permen, dan kue. Sebenarnya, fruktosa tidak selalu memicu diare, tetapi penderita malabsorbsi fruktosa bisa mengalami masalah pencernaan yang berdampak pada diare
  5. Makanan pedas
  6. Makanan yang terlalu pedas dapat menyebabkan iritasi lambung dan usus saat dicerna, sehingga menimbulkan gejala perut kembung, mulas, dan mencret. Hal ini dapat terjadi pada siapa saja, terutama orang yang tidak terbiasa mengonsumsi makanan pedas.
  7. Kopi
  8. Kandungan kafein pada kopi dapat menyebabkan pergerakan usus menjadi lebih cepat. Akibatnya, makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran cerna pun akan terlalu cepat melewati usus, sehingga memicu diare.

Cara Mengatasi

  1. Mengonsumsi lebih banyak cairan
  2. Terlalu sering buang air besar saat diare dapat memicu dehidrasi karena tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit. Oleh karena itu, Anda disarankan untuk mengonsumsi lebih banyak cairan, terutama air putih, kaldu, atau jus buah, sekitar 8–12 gelas per hari.
    Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, Anda juga dapat membuat larutan rehidrasi oral dengan mencampurkan air, garam, dan gula atau membeli oralit di apotek terdekat.
  3. Memperhatikan asupan makanan dan minuman
  4. Mengonsumsi beberapa makanan rendah serat, seperti pisang, nasi, dan roti panggang, dapat menjadi cara mengatasi diare pada orang dewasa. Makanan rendah serat diketahui dapat membantu memadatkan tinja yang encer.
    Anda juga dapat mengonsumsi oatmeal, kentang rebus atau panggang, sup ayam, dan ayam panggang tanpa kulit saat mengalami diare.
    Namun, hindari makanan atau minuman yang mengandung serat tinggi karena dapat menyebabkan perut kembung dan memperburuk diare yang Anda alami. Contoh makanan atau minuman ini adalah kol, brokoli, jagung, kacang polong, buah beri, sayuran berdaun hijau, kopi, minuman beralkohol, dan susu.
  5. Mengonsumsi probiotik
  6. Makanan atau suplemen yang mengandung probiotik dapat membantu meringankan gejala diare. Probotik merupakan bakteri dan jamur yang bermanfaat dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan. Beberapa contoh probiotik adalah Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Saccharomyces boulardii.
    Sebagai salah satu cara mengatasi diare pada orang dewasa, Anda dapat mengambil manfaat probiotik dengan mengonsumsi kefir, yoghurt, natto, miso, kombucha, roti sourdough, dan tempe.
  7. Mengonsumsi obat antidiare
  8. Untuk mengurangi frekuansi buang air besar cair, Anda bisa mengonsumsi obat antidiare yang dijual bebas, seperti bismuth subsalicylate, dan loperamide. Obat antidiare ini bekerja dengan cara melawan bakteri atau parasit penyebab diare dan menormalkan kembali fungsi pencernaan Anda.
    Meski loperamide tergolong obat bebas, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum Anda menggunakan obat ini. Hal ini karena loperamide dapat menyebabkan peradangan atau diare berdarah pada sebagian orang.
    Juga dapat mengonsumsi obat diare herbal yang mengandung ekstrak tumbuhan yang dijual dipasaran.

 

Sumber Pustaka:
Alodokter, Wikipedia, Honestdocs